Jangan Sia-Siakan Kesempatan
Sejatinya, kesempatan
baik itu ada dua jenis. Pertama, kesempatan baik yang apabila tidak
termanfaatkan, tidak akan membuat orang yang mendapatkan peluang itu menjadi
rugi. Kedua, kesempatan yang apabila tidak termanfaatkan, akan membuat orang
yang mendapat kesempatan itu menjadi rugi.
Contoh kesempatan
jenis pertama: seseorang berbelanja di tokok andaleh-mart. Karena nominal
belanja mencapai seratus ribu rupiah, orang tersebut mendapatkan kesempatan
untuk membeli 1 kg gula dengan harga murah hanya sebesar Rp 500. Tapi
kesempatan itu tidak diambilnya. Dan orang tersebut tidak rugi apa-apa. Itu lah
contoh kesempatan jenis pertama.
Kemudian, apabila ada
seseorang berada dalam bahaya, maka kesempatan untuk keluar dari bahaya adalah
kesempatan jenis kedua. Misalnya pada peristiwa penyanderaan oleh sekelompok
penjahat, tersandera memiliki peluang untuk kabur. Tapi peluang itu tidak
diambilnya atau gagal dimanfaatkan. Maka tersandera itu pun menjadi rugi.
Dalam hadits yang
cukup kita kenal, bahkan hadits ini menjadi syair lagu bagi tim nasyid Raihan,
terdapat nasihat untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan. Untuk menyegarkan ingatan
kita, hadits itu berbunyi:
“Manfaatkanlah lima
perkara sebelum lima perkara : Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, Waktu
sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, Masa kayamu sebelum datang masa
kefakiranmu, Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, Hidupmu sebelum datang
kematianmu.” (HR Imam Hakim dalam kitab al-Mustadrak.)
Kesempatan yang ada
dalam hadits di atas adalah kesempatan jenis kedua. Mengapa? Karena pada
dasarnya manusia itu berada dalam keadaan merugi. Dan lima perkara itu menjadi
jalan bagi manusia untuk keluar dari keadaan merugi. Yaitu dengan cara
memanfaatkan masa muda, masa sehat, masa kaya, masa luang, dan masa hidup untuk
beramal sholeh serta saling menasehati dalam hal kebaikan dan kesabaran.
“Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al-Ashr:1-3)
*****
Kemudian, ada hadits
riwayat Al-Hakim lainnya yang berhubungan dengan kesempatan jenis kedua.
“……Sesungguhnya Jibril
telah datang kepadaku lalu berkata,’ Celakalah orang yang mendapatkan bulan
Ramadhan, tetapi ia tidak diampuni,’ maka aku berkata, ‘Amin’. Lalu ketika aku
menaiki tangga kedua dia berkata,’ Celakalah orang yang mendengar namamu
disebut, tetapi ia tidak bersholawat atasmu.’ Maka aku berkata, ‘Amin’. Ketika
aku menaiki anak tangga ketiga, ia berkata,’ Celakalah orang yang menjumpai
kedua ibu bapaknya yang telah tua atau salah satu dari keduanya, tetapi mereka
tidak dapat memasukkannya ke dalam surga.’ Aku berkata,’Amin’.” ( HR Hakim )
Pada hadits ini, ada
tiga kesempatan yang apabila tersia-siakan maka orang yang mendapat kesempatan
itu menjadi celaka. Yaitu kesempatan mendapatkan ampunan di bulan Ramadhan,
kesempatan bersholawat ketika nama Rasulullah disebut, dan kesempatan berbuat
baik kepada kedua orang tua yang telah renta agar mendapatkan surga Allah swt.
*****
Segala kesempatan
berbuat baik yang kita dapatkan haruslah dimanfaatkan dengan segera mungkin.
“Dan bersegeralah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS Ali-Imran : 133)
Karena selain
kesempatan itu mudah hilang, juga ada kemungkinan membatunya hati kita
dikarenakan malas yang terpelihara untuk segera memanfaatkan kesempatan itu.
Ini terjadi pada Ahli Kitab sebelum umat ini. Telah datang hidayah kepada
mereka berupa Al-kitab, namun mereka menunda-nunda untuk memanfaatkan kebenaran
itu sehingga hati mereka keras.
“Belumkah datang
waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat
Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah
mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya,
kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi
keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS
57:17)
Tidak semua orang
mendapatkan hidayah. Ketika hidayah itu datang, maka itu adalah kesempatan yang
diberikan Allah swt pada kita untuk mengikuti petunjuk itu. Tetapi kalau kita
bermalas-malasan mengikuti petunjuk yang telah Allah berikan, maka hati kita
kemungkinan akan membatu. Atau akhirnya kita tidak lagi memiliki kesehatan,
waktu muda, harta, kelapangan, atau pun kehidupan untuk mengikuti hidayah yang
telah Allah berikan.
*****
Kini, kita harus
introspeksi atas peluang besar untuk mendapatkan ampunan yang sedang kita
dapatkan, yaitu bulan Ramadhan. Bagaimana kita menjalankan aktifitas di bulan
Ramadhan? Apakah dengan berleha-leha dan santai-santai saja atas berita baik
tentang rahmat, ampunan, dan tertutupnya pintu neraka? Apakah kita membiarkan
waktu menggerogoti kesempatan ini detik demi detik, hingga ketika Ramadhan ini
berakhir kita gagal menyandang gelar muttaqin? Apakah ampunan Allah semakin
menjauh karena kita sendiri yang menjauhinya?
Celaka… celaka lah
kita bila gagal memanfaatkan bulan Ramadhan untuk mendapatkan ampunan dari
Allah swt. Belum tentu kita mendapatkan bulan Ramadhan tahun depan. Dan ya,
memang, di bulan lain kita bisa mendapatkan ampunan. Tapi bila di bulan yang
penuh ampunan saja kita gagal mendapatkan maghfiroh dari Allah, lalu bagaimana
dengan di bulan yang biasa?
Allahumma innaka
‘afuwwun kariim. Tuhibbul ‘afwa fa’fuanna.
Asyhadu an laa ilaaha illallah. Astaghfirullah. Inni as’alukal jannah.
Wa’audzubika minannaar.